Semua orang yang menikah pastinya ingin bahagia dan hidup penuh cinta sampai maut memisahkan.
Tetapi faktanya tidak selalu seperti itu. Kita sering mendengar atau melihat, orang yang pacaran bertahun-tahun tapi setelah menikah hanya bertahan beberapa bulan.
Atau ketika pacaran sangat mesra dan terlihat bagai pasangan yang sempurna, tetapi ketika menikah ternyata penuh pertengkaran bahkan kekerasan dalam rumah tangga.
Ada yang semasa pacaran begitu mesra dan sayang-sayangan, bahkan memanggil pasangannya dengan sebutan yang romantis seperti honey, beb, cinta, dll. Tetapi setelah menikah beberapa lama panggilan tersebut tak terdengar lagi malah berubah drastis menjadi “elu gua”, Bahkan tutur kata yang dulu begitu lembut semasa pacaran berubah menjadi kalimat-kalimat yang kasar.
Ada pepatah mengatakan ketika kita dan pasangan belum tinggal di bawah satu atap, maka kita belum benar-benar mengenal pasangan kita. Karena tetap berbeda masa pacaran yang meskipun sering jalan bareng atau telpon-telponan selama berjam-jam sehari sampai 3 kali, tidak menjamin kita benar-benar kenal dengan pasangan kita, karena orang yang pacaran tidak setiap saat melihat dan berinteraksi dengan pasangannya.
Maka tak heran jika setelah menikah dan hidup bersama, akan ada saja kebiasaan-kebiasaan pasangan yang baru ketahuan karena tak pernah terlihat semasa pacaran.
Bahkan terkadang dalam sebuah rumah tangga terjadi hal yang tak diinginkan seperti perselingkuhan. Dalam kasus yang lebih parah bisa terjadi perceraian akibat hadirnya orang ketiga.
Apa yang menyebabkan cinta bisa pudar dalam sebuah rumah tangga? Apakah karena seiring waktu berjalan muncul rasa bosan terhadap pasangan?
Banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah dalam rumah tangga, tetapi jika alasannya hanya karena bosan, maka itu yang perlu dipertanyakan.
Tentunya rasa bosan atau jenuh itu manusiawi, semua orang punya rasa itu, tetapi bagaimana cara kita mengelolanya itu yang lebih penting. Karena ketika muncul rasa bosan terhadap pasangan, maka yang diperlukan bukanlah berganti pasangan, melainkan memperbaiki apa yang perlu diperbaiki dari masing-masing diri yang memicu kebosanan itu muncul.
Selain itu, mengingat-ingat hal atau kejadian yang membuat kita jatuh cinta pada pasangan kita adalah salah satu cara yang bisa ditempuh untuk menumbuhkan kembali cinta yang pudar.
Lebih bagus lagi jika kita bisa menyadari bahwa rasa cinta, rasa benci, rasa bosan, dan berbagai rasa lainnya itu bukanlah sesuatu yang kita buat, melainkan sesuatu yang kita akses, karena semua rasa itu sudah ada dan kita selalu mengaksesnya baik secara sadar maupun tidak.
Ketika kita menyukai seseorang, maka yang muncul adalah “rasa”. Ketika kita ingin memilikinya, maka yang sebenarnya kita kejar dari memilikinya pun adalah “rasa”. Karena itu walaupun anda berganti-ganti pasangan karena alasan bosan, pada akhirnya dan pada intinya yang kita kejar dari perilaku berganti pasangan itu pun hanyalah untuk mendapatkan sebuah rasa yang sama.
Dan karena semua rasa itu sudah ada dan bisa kita akses kapan saja, maka sebenarnya tidak ada istilah “rasa yang pudar”, karena sebenarnya tidak pernah ada rasa yang hilang. Yang ada ketika kita merasa bosan itu adalah karena rasa yang sedang kita akses adalah rasa bosan, dan bukan berarti kita tak bisa mengakses rasa cinta itu lagi.
Memang lebih mudah bicara daripada mempraktekkannya, tetapi sesuatu yang tampak sulit bukan berarti tak bisa dilakukan. Untuk itu kita perlu bercermin pada pasangan yang awet dan tetap mesra sampai tua, jangan bercermin pada orang-orang yang pernikahannya gagal, atau mereka yang tetap awet sampai tua tapi tak ada cinta dalam keluarganya, seolah pernikahan hanya formalitas saja.
Tetapi jika anda masih tetap merasa kesulitan disebabkan mengalami rasa cinta yang pudar dan membutuhkan bantuan untuk menumbuhkan rasa itu kembali karena anda tahu bahwa bercerai atau berganti pasangan bukanlah solusi, maka saya siap membantu anda dengan terapi Miracle of Love.
Hubungi saya di nomor whatsapp 0813 7652 4140 untuk booking sesi terapi Miracle of Love.